TIKUS VS KUCING

Pekanbaru Asgorla-Bau busuk yang menusuk hidung, suara berisik di loteng rumah, dapur berantakan, dan halaman tampak kumuh: itulah beberapa permasalahan yang ditimbulkan oleh keberadaan tikus di halaman rumahku. Setelah diamati mereka membuat tiga buah lubang sebagai sarang mereka di halaman belakang.
Jika kuhitung mungkin jumlah binatang pengerat itu sudah mencapai 100 ekor lebih. Beberapa bulan belakangan bahkan kusaksikan banyak tikus berukuran kecil sebagai bukti bahwa mereka berkembang biak dengan leluasa. Yang paling menjengkelkan adalah bilamana kami sekeluarga meninggalkan rumah dalam beberapa hari maka sejumlah tikus masuk ke dalam rumah. Padahal sudah kusiasati agar tak ada celah buat mereka. Aneh, mereka masuk entah lewat mana.

Keadaan itu membuatku pusing tujuh keliling. Apa yang harus kulakukan untuk mengusir mereka. Terlebih jika aku sedang bersantai di halaman belakang yang dikelilingi pagar tembok aku merasa  tidak nyaman dengan kemunculan mereka. Beberapa siasat hendak kuterapkan, antara lain memasang jebakan, membubuhkan racun di dekat sarang mereka atau menyiramkan cairan tertentu ke dalam sarang mereka. Namun tak satu pun strategi tersebut kupilih karena hanya akan meropotkanku saja.
Suatu hari aku bertugas sebagai pelayan jemaah di Masjid Al-Falah Jl. Sumatera. Di sekitar area masjid terdapat sejumlah kucing berkeliaran. Bagi sebagian orang keberadaan mereka sangat mengganggu terlebih pada saat penyediaan konsumsi. Saking jengkelnya, semua kucing tersebut terpaksa dimasukkan ke dalam peti pada saat ada tamu penting. Dari sini muncullah ide bahwa tidak ada salahnya untuk membawa beberapa ekor ke rumahku.

Ide tersebut kuajukan kepada isteri dan anak-anakku, mereka setuju. Esoknya kubawa seekor yang masih kecil. Hasilnya luar biasa, sejak keberadaan sang kucing tak seekor pun tikus menunjukkan batang hidungnya. Kami berembuk lagi agar seekor lagi kubawa, isteri dan anak-anakku pun setuju. Setelah kucing keadaan semakin aman. Tikus-tikus sama sekali tidak berani mendekati rumahku lagi.

Pertanyaan timbul: apakah permasalahan sudah selesai? Ternyata tidak. Keberadaan dua ekor kucing justru menimbulkan maslah baru. Biasanya, untuk menghindari mubazir, sisa-sisa makanan kubuang ke halaman belakang. Dalam hitungan beberapa menit sisa-sisa makanan tersebut habis tak tersisa dimakan tikus. Kini kami kesulitan kemana membuang sisa-sisa makanan tersebut. Berbeda dengan tikus yang tidak pilih-pilih makanan, kucing hanya makan sisa-sisa makanan tertentu saja. Ada gunanya juga tikus rupanya.

Tidak ada komentar

Leave a Reply