MISI GAGAL KE PERPUSTAKAAN


Pekanbaru Asgorla-Aku dapat tugas untuk menyusun sebuah modul sebagai kontribusiku untuk memenuhi salah satu syarat agar pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan lembaga kami mendapat akreditasi dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI.
Sebuah rencana pun kususun. Mengunjungi perpustakaan adalah sebagain dari rencana itu.


Sabtu (27/04) pagi mulai kujalankan rencana tersebut. Beberapa akademi dan sekolah tinggi tercatat dalam daftar yang akan kukunjungi. Kupacu sepeda motorku menuju target pertama. Seorang satpam mengarahkan letak posisi parkir sepeda motorku.


“Aku mau ke perpustakaan mas,” kataku pada satpam.


“Tunggu sebentar, mas.”


Satpam menuju ke arah beberapa pegawai di ruangan dalam. Sebentar kemudian seorang wanita hamil menyapa: “Ada apa mas?”


Kuutarakan maksud kedatangan ku. Wanita itu mengangguk dan katanya: “Sebentar, mas. Silakan duduk.”


Aku duduk di ruang tamu. Wanita hamil tersebut beberapa saat berunding dengan rekan-rekannya. Karena terlalu lama menanti kepastian, aku mulai gelisah. Aku beranjak dari kursi sambil mengamati foto-foto, lukisan-lukisan, dan sebuah piagam dari BAN-PT yang menyatakan bahwa akademi ini terkareditasi B.


“Maaf pak, koleksi buku di tempat kami belum lengkap,” kali ini yang menemuiku bukan wanita hamil tadi tapi wanita lain yang lebih muda. Aku mulai merasa kecewa. “Memangnya tujuan bapak apa ya?” Lanjutnya dengan ramah.


Setelah kujelaskan maksud kedatanganku, wanita itu itu berlalu sambil tak lupa mempersilakan aku duduk kembali. Beberapa saat kemudian ia kembali lagi dan katanya: “Maaf pak, tidak bisa. Coba Bapak berkunjung ke tempat lain saja.” Katanya.


Dengan perasaan sangat kecewa kulanjutkan misiku ke sebuah sekolah tinggi yang tak jauh dari akademi tersebut.


“Maaf pak di sini peraturannnya harus ada surat pengantar dari instansi Bapak kalau mau berkunjung ke perpustakaan.” Kata seorang wanita setelah kusampaikan maksud kedatanganku.
 
Setelah mengalami dua kekecawaan ini kuputuskan untuk menghentikan misi ini. Aku khawatir, tanpa bermaksud menggeneralisir, akan mendapat kekecawaan yang sama jika kulanjutkan. Kuarahkan sepeda motorku ke rumah. Dalam hati aku bertanya-tanya apakah aku yang aneh mengunjungi perpustakaan mereka  atau mereka yang aneh perpustakaannya tertutup untuk umum. Aku tak merasa bersalah. Aku mengunjungi kedua lembaga pendidikan yang di selenggarakan di ruko tersebut sudah melalui prosedur birokratis.

Tidak ada komentar

Leave a Reply